Kaum hawa dikenal senang berbicara dan
mengungkapkan perasaan. Tak jarang wanita berbicara sangat cepat.
Akibatnya, banyak pria menganggap wanita cerewet.
Sebuah studi menemukan, orang yang berbicara terlalu cepat maupun
lambat dinilai sebagai seorang yang tidak cerdas dan kompeten.
Para ilmuwan dari Universitas Michigan membuktikan secara ilmiah
bahwa seseorang dapat mempengaruhi lawan bicara dengan intonasi suara.
Wanita yang memperlambat intonasi suara dapat mempengaruhi lawan bicara
dan dinilai menguasai pembicaraan.
Selama penelitian, para ilmuwan telah mengamati berbagai percakapan telepon, dan menganalisis tujuan pembicaraan tersebut. Misalnya, menjual atau mengampanyekan sesuatu. Secara total, para ahli menganalisis 1.380 percakapan, terutama tempo percakapan dan
kata-kata yang paling sering digunakan.
Ternyata, orang yang paling sukses berbicara adalah orang dengan tempo rata-rata 3,5 kata per detik. Dalam kasus tersebut, para lawan bicara jauh lebih cenderung setuju pada produk atau jasa yang diusulkan.
Orang yang berbicara terlalu lambat yang dirasakan pelanggan potensial sebagai tidak kompeten. Di sisi lain, tempo pembicaraan yang sangat cepat meninggalkan kesan yang tidak menyenangkan pada pendengar. Orang yang berbicara terlalu cepat dinilai lawan bicara mereka tidak memberikan informasi yang benar.
Selain itu, jeda antara kata-kata menimbulkan asosiasi positif jika frekuensi pengulangan kata rata-rata empat sampai lima kali per menit.
Selama penelitian, para ilmuwan telah mengamati berbagai percakapan telepon, dan menganalisis tujuan pembicaraan tersebut. Misalnya, menjual atau mengampanyekan sesuatu. Secara total, para ahli menganalisis 1.380 percakapan, terutama tempo percakapan dan
kata-kata yang paling sering digunakan.
Ternyata, orang yang paling sukses berbicara adalah orang dengan tempo rata-rata 3,5 kata per detik. Dalam kasus tersebut, para lawan bicara jauh lebih cenderung setuju pada produk atau jasa yang diusulkan.
Orang yang berbicara terlalu lambat yang dirasakan pelanggan potensial sebagai tidak kompeten. Di sisi lain, tempo pembicaraan yang sangat cepat meninggalkan kesan yang tidak menyenangkan pada pendengar. Orang yang berbicara terlalu cepat dinilai lawan bicara mereka tidak memberikan informasi yang benar.
Selain itu, jeda antara kata-kata menimbulkan asosiasi positif jika frekuensi pengulangan kata rata-rata empat sampai lima kali per menit.
0 komentar:
Posting Komentar